BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Polimer merupakan ilmu pengetahuan
yang berkembang secara aplikatif.
Kertas, plastik, ban, serat-serat alamiah, merupakan produk produk polimer. Polimer
ialah molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari pengulangan
satuan-satuan sederhana monomernya.
Polimer dapat dikelompokan
berdasarkan sumbernya, yaitu polimer
alami dan polimer sintetis. Selain itu polimer dapat juga dikelompokan dari
susunan rantai, reaksi polimerisasi, jenis monomer, sifat termal dan
aplikasinya. Polimer sintetik merupakan material yang banyak digunakan di
keseharian kita dalam berbagai aplikasi. Salah satu jenis polimer sintetik yang
banyak digunakan secara komersial baik dalam industri plastik maupun cat
(surface coating) adalah fenol formaldehid.
Fenol formaldehid adalah resin
sintetik yang bersifat termosetting, dihasilkan dari reaksi polimerisasi
kondensasi antara fenol dengan formaldehida. Salah satu aplikasi dari resin
fenol formaldehid adalah untuk vernis.
Berdasarkan perbandingan mol reaktan
dan jenis katalis yang digunakan, resin fenol formaldehid dibagi menjadi 2
jenis yaitu novolak dan resol. Resol merupakan hasil
reaksi antara phenol dengan formaldehid ekses oleh adanya katalis basa.
Sedangkan Novolak merupakan hasil reaksi antara phenol ekses dengan formaldehid
oleh adanya katalis asam.
Besarnya pH dalam
reaksi akan mempengaruhi kecepatan dan waktu reaksi pembentukan polimer. Pada
jenis novolak, reaksi berlangsung pada suasana. Pada jenis resol, reaksi
berlangsung pada suasana basa.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari
pratikum ini adalah:
a. Praktikan
mengetahui proses pembuatan fenol formaldehid
b. Praktikan
mampu melakukan percobaan polimerisasi kondensasi
c. Praktikan
mampu mengenali ciri-ciri polimerisasi kondensasi
d. Praktikan
mampu mempelajari pembuatan fenol formaldehid dengan menggunakan katalis basa.
1.3
Rumusan
Masalah
a. Apa
yang dimaksud dengan polimer
b. Apa
yang dimaksud dengan fenol, formaldehid, NaOH, dan batu didih.
c. Apa
yang dimaksud dengan fenol formaldehid
d. Apa
kegunaan fenol formaldehid
e. Apa
kelebihan dan kekurangan fenol formaldehid
1.4
Manfaat
a. Mengetahui pembuatan polimer fenol formaldehid
b. Mengetahui
pembuatan polimer berdasarkan polimerisasi kondensasi
c. Mengenali
ciri-ciri polimerisasi kondensasi
d. Mengetahui
produk yang dihasilkan dari pembuatan fenol formaldehid dengan menngunakan
katalis basa
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
2.1 Polimer
Polimer ialah molekul raksasa
(makromolekul) yang terbentuk dari pengulangan satuan-satuan sederhana
monomernya.
Polimer, sebenarnya sudah ada dan
digunakan manusia sejak berabad-abad yang lalu. Polimer - polimer yang sudah
digunakan itu adalah jenis polimer alam seperti selulosa, pati, protein, wol,
dan karet. Istilah polimer pertama kali digunakan oleh kimiawan dari Swedia,
Berzelius (1833).
Polimer merupakan molekul besar yang
terbentuk dari unit – unit berulang sederhana. Nama ini diturunkan dari bahasa
Yunani Poly, yang berarti “banyak” dan mer, yang berarti “bagian”.
Sedangkan industri polimer (polimer sintesis) baru dikembangkan beberapa puluh
tahun terakhir ini.
Berkembangnya industri polimer ini
diawali ketika Charles Goodyear dari Amerika Serikat berhasil menemukan
vulkanisasi pada tahun 1839. Setelah itu berbagai modifikasi polimer pun mulai
berkembang seperti:




Dengan berkembangnya industri
polimer, ternyata membawa dampak positif terhadap jumlah pengangguran. Hal ini
disebabkan karena industri polimer menyerap benyak tenaga kerja. Karena
sifatnya yang karakteristik maka bahan polimer sangat disukai.
Sifat
- sifat polimer yang karakteristik ini antara lain:
-
Mudah diolah untuk berbagai macam produk pada suhu rendah dengan biaya murah.
-
Ringan; maksudnya rasio bobot/volumnya kecil.
-
Tahan korosi dan kerusakan terhadap lingkungan yang agresif.
-
Bersifat isolator yang baik terhadap panas dan listrik.
-
Berguna untuk bahan komponen khusus karena sifatnya yang elastis dan plastis.
-
Berat molekulnya besar sehingga kestabilan dimensinya tinggi.
Berkembangnya industri polimer turut
menentukan perkembangan ekonomi suatu negara. Semakin besar penggunaan polimer,
menunjukkan semakin pesat perkembangan ekonomi suatu negara.
Polimer
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.
Berdasarkan
Sumber
Berdasarkan sumbernya polimer dapat
dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu:
Ø Polimer
Alam, yaitu polimer yang terjadi secara alami.
Contoh: karet alam, karbohidrat,
protein, selulosa dan wol.
Ø Polimer
Semi Sintetik, yaitu polimer yang diperoleh dari hasil modifikasi polimer alam
dan bahan kimia.
Contoh: selulosa nitrat (yang
dikenal lewat misnomer nitro selulosa) yang dipasarkan dibawah nama - nama
“Celluloid” dan “guncotton”.
Ø Polimer
sintesis, yakni polimer yang dibuat melalui polimerisasi dari monomer - monomer
polimer. Polimer sintesis sesungguhnya yang pertama kali digunakan dalam skala komersial
adalah dammar Fenol formaldehida. Dikembangkan pada permulaan tahun 1900-an
oleh kimiawan kelahiran Belgia Leo Baekeland (yang telah memperoleh banyak
sukses dengan penemuanya mengenai kertas foto sensitif cahaya), dan dikenal secara
komersial sebagai bakelit.
2.
Berdasarkan
Bentuk Susunan Rantainya
Dibagi atas 3 kelompok yaitu:
v Polimer
Linier, yaitu polimer yang tersusun dengan unit ulang berikatan satu sama
lainnya membentuk rantai polimer yang panjang.
v Polimer
Bercabang, yaitu polimer yang terbentuk jika beberapa unit ulang membentuk
cabang pada rantai utama.
v Polimer
Berikatan Silang (Cross – linking), yaitu polimer yang terbentuk karena
beberapa rantai polimer saling berikatan satu sama lain pada rantai utamanya. Jika
sambungan silang terjadi ke berbagai arah maka akan terbentuk sambung silang
tiga dimensi yang sering disebut polimer jaringan.
3.
Berdasarkan
Reaksi Polimerisasi
Dibagi 2 yaitu:
·
Poliadisi, yaitu
polimer yang terjadi karena reaksi adisi. Reaksi adisi atau reaksi rantai
adalah reaksi penambahan (satu sama lain) molekul-molekul monomer berikatan rangkap
atau siklis biasanya dengan adanya suatu pemicu berupa radikal bebas atau ion.
Contohnya dapat dilihat pada reaksi
berikut:
















·
Polikondensasi, yaitu
polimer yang terjadi karena reaksi kondensasi /reaksi bertahap. Mekanisme
reaksi polimer kondensasi identik dengan reaksi kondensasi senyawa bobot
molekul rendah yaitu: reaksi dua gugus aktif dari 2 molekul monomer yang
berbeda berinteraksi dengan melepaskan molekul kecil. Contohnya H2O. Bila hasil
polimer dan pereaksi (monomer) berbeda fase, reaksi akan terus berlangsung
sampai salah satu pereaksi habis. Contoh terkenal dari polimerisasi kondensasi
ini adalah pembentukan protein dari asam amino.
4.
Berdasarkan
Jenis Monomer
Dibagi atas dua kelompok:
·
Homopolimer, yakni
polimer yang terbentuk dari penggabungan monomer sejenis dengan unit berulang
yang sama.
·
Kopolimer, yakni polimer yang terbentuk dari
beberapa jenis monomer yang berbeda.
Kopolimer ini dibagi lagi atas
empat kelompok yaitu:
ü Kopolimer
acak.
Dalam
kopolimer acak, sejumlah kesatuan berulang yang berbeda tersusun secara acak dalam
rantai polimer.
-
A - B - B - A - B - A - A - A - B - A –
ü Kopolimer
silang teratur.
Dalam
kopolimer silang teratur kesatuan berulang yang berbeda berselang - seling
secara teratur dalam rantai polimer.
-
A - B - A - B - A - B - A - B - A – B – A –
ü Kopolimer
blok.
Dalam
kopolimer blok kelompok suatu kesatuan berulang berselang - seling dengan
kelompok kesatuan berulang lainnya dalam rantai polimer.
-
A - A - A - B - B - B - A - A - A – B –
ü Kopolimer
cabang/Graft Copolimer.
Yaitu
kopolimer dengan rantai utama terdiri dari satuan berulang yang sejenis dan
rantai cabang monomer yang sejenis.


B B
- A – A – A – A – A – A
– A – A – A – A

B
5.
Berdasarkan
Sifat Termal
Dibagi 2 yaitu:

Hal
ini disebabkan karena polimer - polimer tersebut tidak berikatan silang (linier
atau bercabang) biasanya bisa larut dalam beberapa pelarut.

Tabel
1.2. Contoh polimer termoset
Tipe
|
Singkatan
|
Kegunaan
Khas
|
Fenol-formaldehida
|
PF
|
Alat
listrik dan elektronik, bagian mobil, perekat plywood, utensil handle
|
Urea-formaldehida
|
UF
|
Sama
seperti polimer PF, juga bahan pelapis
|
Poliester
tak jenuh
|
--
|
Konstruksi,
bagian-bagian mobil,
lambung
kapal, asesoris kapal, saluran
anti
korosi, pipa, tangki dan lain-lain,
peralatan
bisnis.
|
Epoksi
|
--
|
Bahan
pelapis protektif, perekat,
aplikasi
- aplikasi listrik dan elektronik,
bahan
lantai industri, bahan pengaspal
jalan
raya, bahan paduan (komposit)
|
Melamin-formaldehida
|
MF
|
MF
Sama seperti polimer UF, bingkai
dekoratif,
tutup meja, perkakas makan.
|
Sumber:
Stevens, 2001
Diantara plastik - plastik ini,
hanya beberapa jenis epoksi yang dikualifikasi sebagai plastik - plastik
teknik. Polimer – polimer fenol – formaldehida dan urea – formaldehida dan
poliester – poliester tak jenuh menduduki sekitar 90% dari seluruh produksi. Perbandingan
produksi antar termoplastik dan plastik termoset kira - kira 6 : 1.
2.2 Fenol
Fenol
dikenal juga sebagai asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal
tak berwarna yang memiliki bau khas. Fenol merupakan senyawa organik dengan
rumus kimianya adalah C6H5OH
dan strukturnya memiliki gugus hidroksil
(-OH) yang berikatan dengan cincin
fenil.

Gambar
1. Struktur molekul fenol
Karakteristik
sifat fenol :
§ Rumus
molekul : C6H6O
§ Massa
Molar : 94,11 g/mol
§ Penampilan
: Transparant kristal
padat
§ Densitas
: 1,07 g/cm³
§ Titik
lebur : 40,5°C,314 K,
105°F
§ Titik
didih : 181° C, 455 K,
359°F
§ Kelarutan
dalam air : 8,3 g/100 ml (20°C)
§ Bahaya : korosif,
beracun dan jika paparan jangka panjang dan berulang substansi memiliki efek
yang merugikan pada hati dan ginjal.
Fenol adalah kunci untuk membangun
polikarbonat, epoxies, bakelit, nilon, detergent, dan koleksi besar obat,
herbisida dan farmasi.
2.3.
Formaldehid
Senyawa
kimia formaldehid( disebut juga metanol atau formalin) merupakan aldehida
dengan rumus kimia H2CO yang berbetuk gas atau cair yang dikenal sebagai
formalin atau padatan yang dikenal sebagai paraformaldehyde atau trioxane.
Pada
umumnya formaldehid terbentuk akibat reaksi oksidasi katalitik pada metanol.
Meskipun dalam udara bebas formaldehid berada dalam wujud gas, tetapi bisa
larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar 37% menggunakan merek dagang
formalin/formol). Dalam air formaldehid mengalami polimerisasi dan sedikit
sekali yang ada dalam bentuk monomer H2CO. Umumnya larutan ini mengandung
beberapa persen metanol untuk membatasi polimerisasi formalin adalah larutan
formladehid dengan kadar antara 10%-40%.

Gambar . struktur molekul
formaldehi
Karakteristik sifat Formaldehid:
Rumus Molekul : CH2O
Massa Molar : 30,03gram
Penampilan : gas tak berwarna
Densitas :1 Kgm-3 dalam gas
Titik leleh :- 117 C (154 K)
Titik didih :- 19,3 C (253,9 K)
Kelarutan dalam air :100 gram/100 mL (20 C)
Bahaya utama : beracun mudah terbakar
Formaldehid
dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri dan sebagai disenfektan,
pengawet dan faksinasi.
Dalam industri, formaldehida
kebanyakan dipakai dalam produksi polimer dan rupa-rupa bahan
kimia. Jika digabungkan
dengan fenol, urea, atau melamina, formaldehida menghasilkan resin termoset yang keras. Resin ini dipakai untuk lem permanen, misalnya
yang dipakai untuk kayu lapis
/tripleks atau karpet. Juga dalam bentuk busa-nya sebagai insulasi. Lebih dari 50% produksi formaldehida dihabiskan untuk
produksi resin formaldehida.
2.4
Natrium hidroksida (NaOH)
Natrium
Hidroksida atau NaOH juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida
adalah sejenis basa logam kaustik. NaOH terbentuk dari oksida basa natrium
oksida dilarutkan dalam air. Dalam air NaOH membetuk larutan alkalin yang kuat.
Natrium Hidroksida murni berbetuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet,
serpihan, butiran, ataupun larutan jenuh 50%. Bersifat lembab cair dan secara
spontan menyerap CO2 di udara bebas. Sangat larut dalam air dan melepaskan
panas ketika dilarutkan. NaOH larut dalam etanol dan metanol, walaupun
kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. NaOH
tidak dapat larut dalam di etil eter dan pelarut non polar lainnya.
Karakteristik sifat NaOH:
·
Rumus Molekul : NaOH
·
Massa Molar : 39,997 gram/mol
·
Penampilan : zat padat putih
·
Densitas : 2,1 gram cm3
·
Titik didih : 1390C (1663K)
·
Titik leleh : 318C (591K)
·
Kelarutan dalam air :111 gram/100mL (20 C)
·
Kebasaan (p/kb) : -2,43
·
Bahaya : korosif
2.5
Batu didih
Batu didih adalah benda yang kecil,
bentuknya tidak rata dan berpori yang biasanya dimasukkan ke dalam cairan yang
sedang dipanaskan. Biasanya batu didih terbuat dari bahan silika, kalsium
karbonat, porselin, maupun karbon. Batu didh sederhana bisa dibuat dari
pecahan-pecahan kaca, keramik, maupun batu kapur, selama bahan-bahan itu tidak
bisa larut dalam cairan yang dipanaskan.
Fungsi penambahan batu didih ada
dua yaitu
1. Untuk
meratakan panas sehingga panas menjadi homogen pada seluruh bagian larutan
2. Untuk
menghindari titik lewat didih
Pori-pori dalam batu didih akan
membantu penangkapan udara pada larutan dan melepaskannya ke permukaan ( ini
akanmenyebabkan timbulnya gelmbung-gelumbung kecil pada batu didih). Tanpa batu
didih, maka larutan yang dipanaskan akan menjadi superheated pada bagian
tertentu lalu tiba-tiba akan mengeluarkan uap panas yang bisa menimbulkan
letupan, ledakan (bumping). Batu didih tidak boleh dimasukkan pada saat larutan
akan mencapai titik didihnya. Jika batu didih dimasukkan pada saat hampir
mendidih, maka akan terbentuk uap panas dalam jumlah besar secara tiba-tiba.
Hal ini menyebabkan ledakan ataupun kebakaran, jadi batu didih harus dimasukkan
ke dalam cairan itu ketika mulai dipanaskan. Jika pada batu didik pada
tengah-tengah pemanasan karena lupa maka suhu cairan harus diturunkan teelebih
dahulu, baiknya batu didih tidak digunakan secara berulang-ulang karena pori-pori
dalam batu didih bisa tersumbah oleh kotoran pada cairan.
2.6
Fenol formaldehid
Phenol formaldehid merupakan resin sintetis yang pertama
kali digunakan secara komersial baik dalam industri plastik maupun cat (surface
coating). Phenol formaldehid dihasilkan dari reaksi polimerisasi antara
phenol dan formaldehid. Reaksi terjadi antara phenol pada posisi ortho maupun
para dengan formaldehid untuk membentuk rantai yang crosslinking dan
pada akhirnya akan membentuk jaringan tiga dimensi (Hesse, 1991).
Salah satu aplikasi dari resin phenol formaldehid adalah
untuk vernis. Vernis adalah bahan pelapis akhir yang tidak berwarna (clear
unpigmented coating). Perkembangan phenol formaldehid untuk aplikasi vernis
dan lacquer telah mampu menyaingi produk melamin formaldehid karena harganya
yang lebih murah. Selain itu, hasil aplikasinya dapat memunculkan jenis vernis
dan lacquer yang berwarna sedangkan melamin formaldehid tidak berwarna sehingga
bila diinginkan hasil aplikasi yang berwarna tidak perlu penambahan zat warna.
Produk phenol formaldehid ada yang memberikan warna jernih kekuning-kuningan
tetapi ada juga yang kecoklatan sampai kemerah-merahan.
Berdasarkan
perbandingan mol reaktan dan jenis katalis yang digunakan, resin phenol
formaldehid dibagi menjadi 2 jenis yaitu novolak dan resol. Resol merupakan
hasil reaksi antara phenol dengan formaldehid ekses oleh adanya katalis basa.
Jenis katalis basa yang sering digunakan adalah natrium hidroksida dan ammonium
hidroksida pada pH = 8-11. Produk
phenol formaldehid yang dihasilkan dengan katalis natrium hidroksida akan
mempunyai sifat larut dalam air dan apabila katalis yang digunakan ammonium
hidroksida akan memberikan sifat tidak larut dalam air yang dikarenakan
terbentuk bis dan tris hydroksylbenzylamin (Martin, 1956).
Novolak merupakan
hasil reaksi antara phenol ekses dengan formaldehid oleh adanya katalis asam.
Jenis katalis asam yang sering digunakan adalah asam sulfat, asam klorida, dan
asam oksalat dengan konsentrasi rendah. Hasil reaksi akan membentuk produk yang
termoplast dengan berat molekul 500 - 900. Agar novolak menjadi bersifat
termoset maka membutuhkan
pemanasan dan penambahan crosslinking
agent (Frisch, 1967).
Pada novolak,
reaksi polikondensasi dapat berlangsung sempurna sampai membentuk rantai dengan
struktur methylene link dan phenol terminate tanpa adanya gugus
fungsional dan tidak dapat cure dengan sendirinya. Pada suasana asam,
raeksi kondensasi (pembentukan jembatan methylene) berjalan cepat dibanding
pembentukan gugus methylol (Hesse, 1991).
Tahap
reaksi dalam pembentukan novolak, meliputi :
a. Reaksi
Adisi (Methylolasi)
Pada tahap pertama, phenol
dan formaldehid akan bereaksi membentuk monomethylol phenol.

Gambar 1. Reaksi
Methylolasi
b. Reaksi Kondensasi Polimerisasi (Methylenasi)
Pada tahap ini, gugus methylol akan bereaksi dengan
phenol membentuk jembatan methylene dan air.

Tahap
reaksi pembentukan resol, meliputi :
a. Reaksi
Adisi (Methylolasi)
Pada tahap pertama, phenol
dan formaldehid akan bereaksi secara adisi membentuk monomethylol phenol.

Pada
monomethylol phenol ini masih ada 2 gugus reaktif yang dapat bereaksi lagi
dengan formaldehid menjadi dimethylol phenol.

dan pada akhirnya
membentuk trimethylol phenol.

Gambar 3. Reaksi
Methylolasi
b. Reaksi
Kondensasi Polimerisasi

Monomer dan dimer tersebut akan terus bereaksi dan berat
molekul dari resin akan meningkat. Resol terbentuk pada suasana basa (Frisch,
1967)
BAB III
METODELOGI
1.1
Alat dan Bahan
a.
Peralatan
yang digunakan dalam percobaan adalah :
1. Neraca
analitik 6.
Pipet tetes
2. Tabung
reaksi 7.
Lampu bunsen
3. Pengaduk 8.
Penjepit
4. Pipet
volume 9.
Cetakan (cawan porselen)
5. Pro
pipet
b.
Bahan-
bahan yang digunakan dalam percobaan adalah:
Ø Larutan
fenol
Ø Larutan
formaldehid 37 %
Ø Larutan
NaOH 2,5 N
Ø Batu
didh
Ø Aluminium
foil
1.2
Langkah
kerja
·
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
·
Dipipet 1 cc larutan
phenol kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi.
·
Ditambahkan 2mL larutan
formaldehid 37%, kemudian digoyang-goyang tabung reaksi tersebut agar larutan
homogen.
·
Ditambahkan 2 tetes
larutan NaOH 2,5N dan dimasukkan batu didih secukupnya ke dalam tabung reaksi,
kemudian tabung reaksi dijepit lalu dipanaskan sampai larutan bewarna putih
susu
·
Dihentikan pemanasan,
dibiarkan campuran terpisah menjadi dua fase. Lapisan atas diambil dengan pipet
tetes (lapisan atas berupa sebagian besar air, dan lapisan bawah berupa cairan
kental berwarna kuning)
·
Kemudian lapisan bawah
dipanaskan kembali sampai terbentuk menjadi coklat kemudian mengembang dan
akhirnya akan berubah menjadi padatan seperti kaca yang berwarna coklat
kemerahan, setelah di tuang ke dalam cetakan yang telah dilapisi aluminium
foil.
1.3
Anali
sis Data
Tabel 1. Perbandingan
hasil pembuatan polimer dari semua kelompok
No
|
Kelompok
|
B.Cetakan
kosong
|
B.
Cetakan + polimer
|
Berat
polimer
|
Waktu
Polimerisasi
|
1.
|
I
|
129,369
gram
|
131,282 gram
|
1,913
gram
|
|
2.
|
II
|
34,081
gram
|
35,705
gram
|
1.624
gram
|
|
3.
|
III
|
143,811
gram
|
146,681
gram
|
2,870
gram
|
15
menit
|
4.
|
IV
|
132,553
gram
|
135,156
gram
|
2,002
gram
|
|
5.
|
V
|
125,320
gram
|
128,210
gram
|
2,890
gram
|
3,50
menit
|
6.
|
VI
|
41,
125 gram
|
42,752
gram
|
1,627
gram
|
9
menit
|
7.
|
VII
|
134,
709 gram
|
135,270
gram
|
0,561
gram
|
13
Menit
|
Ket
:
ü Volume
fenol : 1 ml
ü Volume
formaldehid 37% : 2 ml
ü V
NaOH : 22 tetes
Perubahan
Warna saat Polimerisasi
1. Phenol
+ Formaldehid = coklat
2. Phenol
+ formaldehid + NaOH 2,5 N = Coklat Tua
3. 


Phenol + Formaldehid +
NaOH 2,5 N setelah dipanaskan = Coklat muda endapan
putih lalu dipanaskan kembali untuk menghilangkan air larutan berwarna coklat kemerahan dituang pada cetakan yang dilapisi
aluminium foil dan biarkan mengeras dan membeku.




3.4
Perhitungan
Diketahui
:
·
ρ
Fenol = 1,07 gram /mL BM
fenol = 94, 11 gram / mol
·
ρ
Formaldehid
37% = 1,08 gr/mL BM
formaldehid = 30,03 gram/mol
Ditanya
:
Ø Massa fenol = V.
Fenol x ρ Fenol
= 1mL x 1,07
gram/mL = 1, 07gram
Ø Massa formaldehid = V. Formaldehid x ρ Formaldehid
= 2 mL x 1, 08 gram/mL = 2,16 gram
Sehingga:
Mol Fenol = 

=
=0,011
mol

Mol Formaldehid
=
37%


=(2,16 gram)
/ (30,03gram/mol)
0,37
= 0,026 mol

Perbandingan mol P/F
= 


Derajat polimerisasi (DP)
Diketahui
: Massa polimer : 0,561 gram
Mr Fenol formaldehid
= (massa fenol formaldehid) / (mol
formaldehid)
=0,561
gram / 0,011 mol = 51 gram/mol
Mr monomer
(fenol+formaldehid) = 94,11 gram/mol+30,03
gram/mol = 124,14 gram/mol
Maka
derajat polimerisasi polimer fenol formaldehid adalah :
DP = Mr polimer/Mr monomer
= 51 gram/mol / 124,14 gram/mol= 0,41
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pratikum teknik pembuatan polimer fenol formaldehid
bertujuan agar kami sebagai praktikan dapat mengetahui proses pembuatannya dan
mampu melakukan percobaan pembuatan fenol formaldehid dengan menggunakan
katalis basa (NaOH) serta mampu
mengenali ciri-ciri polimerisasi kondensasi dalam pembuatan polimer ini.
Phenol formaldehid merupakan resin
sintetis yang pertama kali digunakan secara komersial baik dalam industri
plastik maupun cat (surface coating). Phenol formaldehid dihasilkan dari
reaksi polimerisasi kondensasi antara phenol dan formaldehid. Reaksi terjadi
antara phenol pada posisi ortho maupun para dengan formaldehid untuk membentuk
rantai yang crosslinking dan pada akhirnya akan membentuk jaringan tiga
dimensi (Hesse, 1991).
Secara
teoritis pembuatan fenol formaldehid dengan menggunakan katalis basa dengan
perbandingan mol reaktan P/F > 1, produk yang dihasilkan adalah jenis resol
yang bersifat termoset. Resol merupakan hasil reaksi
antara phenol dengan formaldehid ekses oleh adanya katalis basa. Jenis katalis
basa yang sering digunakan adalah natrium hidroksida (NaOH) dan ammonium hidroksida
(NH₄OH ) pada pH = 8-11. Produk
phenol formaldehid yang dihasilkan dengan katalis natrium hidroksida akan
mempunyai sifat larut dalam air dan apabila katalis yang digunakan ammonium
hidroksida akan memberikan sifat tidak larut dalam air yang dikarenakan
terbentuk bis dan tris hydroksylbenzylamin (Martin, 1956).
Pembuatan resin
fenol formaldehid jenis resol ini adalah dengan mereaksikan 1 cc larutan fenol
dengan 2 cc larutan formaldehid 37% dalam tabung reaksi, kemudian tabung
digoyang- goyang agar larutan homogen. Fenol dan formaldehid adalah sebagai
monomer – monomer dari polimer fenol
formaldehid. Adapun fungsi penambahan fenol adalah sebagai bahan dasar pembutan
resin sedangkan formaldehid merupakan sebagai
bahan larutan chemical intermediate.
Dalam keberadaan katalis basa,
formaldehid bisa mengalami reaksi carnizzaro, menghasilkan asam format dan
metanol,
Aldehid yang digunakan dalam
industri fenoplas adalah metanal (formaldehid). Rekasi katalis oleh asam dan
basa, dan hasil yang terbentuk tergantung pada macam katalis yang dipakai dan
perbandingan molar fenol formaldehid. Reaksi fenol dan metanal menghasilkan
pemasukkan gugus CH₂OH ke dudukan 2 dan 4 dalam fenol. Nyata
sekali bernagai fenol alkohol dapat terbentuk .
Untuk mempercepat reaksi pembentukan
polimer dibutuhkan penambahan katalis. Katalis yang dugunakan adalah NaOH 2,5N
sebanyak 22 tetes. Penambahan NaOH dan pemanasan bertujuan untuk mencapaui pH
optimum yaitu pH 10 untuk produk jenis resol yang akan dibuat.
NaOH (soda kaustik) adalah sejenis
basa logam kaustik yang tersedia dalam bentuk serpihan, pelet, butiran,
ataupun, larutan jenuh. 50% . bersifat higroskopis dan sangat larut dalam air,
etanol, metanol, tetapi tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non polar
lainnya.
Pemanasan
larutan di lakukan diatas nyala api bunsen sebelum pemansan dilakukan, ke dalam
tabung reaksi ditambahkan batu didih dari pecahan porselin. Batu didih
berfungsi untuk meratakan panas sehingga panas menjadi homogen pada seluruh
bagian larutan dan untuk menghindari titih lewat didih dan menghindari super
heated pada larutan.
Batu
didih tidak boleh dimasukkan pada saat larutan akan mencapai titik didihnya,
karena jika batu didih dimasukkan pada saat larutan akan mencapai titik
didihnya, maka akan terbentuk uap panas secara besar-besaran secara tiba-tiba.
Hal ini bisa menyebabkan ledakan, atau kebakaran.
Pada pembentukan resol, ada
2 tahap reaksi pembentukannya yaitu :
a. Reaksi
Adisi (Methylolasi)
Pada tahap pertama, phenol
dan formaldehid akan bereaksi secara adisi membentuk monomethylol phenol.

Pada
monomethylol phenol ini masih ada 2 gugus reaktif yang dapat bereaksi lagi
dengan formaldehid menjadi dimethylol phenol.

dan pada akhirnya
membentuk trimethylol phenol.

Gambar 3. Reaksi
Methylolasi
b. Reaksi
Kondensasi Polimerisasi

Monomer dan dimer tersebut akan terus bereaksi dan berat
molekul dari resin akan meningkat. Resol terbentuk pada suasana basa (Frisch,
1967).
Pada jenis resol, reaksi berlangsung pada suasana basa.
Pada suasana basa reaksi addisi berjalan dengan cepat sedangkan reaksi
kondensasi (pembentukan jembatan methylen) berjalan lambat sehingga produk yang
terbentuk bersifat termoset.
Beberapa
kegunaan fenol formaldehid:
- Peralatan
Listrik
- Furniture
- Lem
yang tahan air untuk Plywood
- Pengikat
antar bahan misal untuk isolasi terhadap panas
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan
di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Fenol
formaldehid adalah polimer sintetik yang dibuat melalui proses kodensasi dengan
produk sampingnya air.
2. Resin
fenol formaldehid yang terbentuk adalah jenis resol dengan katalis basa (NaOH)
dan perbandingan mol reaktan kurang dari 1.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Frisch, K.C., (1967), “Phenolic
Resin and Plastics dalam Kirk Othmer Encyclopedia of Chemical
Technology”, Vol. 15 Edisi 2, Mei Ya Publication Inc
Hesse, W., (1991),
“Phenolic Resin” dalam Ulmann’s Encyclopedia of Industrial Chemistry,
Vol. 19 Edisi 5, VCH Publishers, New York
;
sangat membantu terimakasih
ReplyDelete