.widget.ContactForm { display: none; }

search

Friday, 12 June 2015

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK ANALISIS MINYAK NABATI (MINYAK CURAH) kimia analisis


PRAKTIKUM
ANALISIS MINYAK NABATI (MINYAK CURAH)
I.              Tujuan Percobaan
1.      Mempelajari cara analisis sifat-sifat kimia dari minyak nabati (minyak curah).
2.      Menentukan ekivalen asam lemak minyak nabati bebas dari minyak nabati yang dianalisis (minyak curah).
3.      Menentukan ekivalen asam lemak total dari minyak nabati yang dianalisis (minyak curah).
II.           Dasar Teori
Minyak Curah
Minyak curah itu adalah sebutan untuk minyak goreng tanpa merek, dan biasanya penjualannya bisa dimulai dari 1/4 liter. (www. google. com / index.html)
Thursday, June 28, 2007
Minyak goreng bagi penduduk Indonesia merupakan salah satu kebutuhan bahan pokok. Karena dalam kehidupan sehari-hari minyak goreng digunakan untuk memasak, baik pada proses penumisan, maupun penggorangan dalam jumlah yang sedikit dan yang banyak.
Sebab, minyak yang digunakan dalam proses menumis yang memberikan citarasa yang lebih lezat, aroma dan penampakan yang lebih menarik daripada makanan yang direbus atau dikukus. Selain itu, minyak goreng juga membuat makanan menjadi renyah, kering, dan berwarna keemasan atau kecoklatan.


Wednesday, 10 June 2015

Laporan Resmi Praktikum ARGENTOMETRI Titrimetri Presipitasi - Gravimetri Kimia Analisis


ARGENTOMETRI
(Titrimetri Presipitasi - Gravimetri)

I.                   TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikan mampu menetapkan kadar ion klorida (Cl-) dalam suatu sampel garam dapur teknis menggunakan metode titrimetri presipitasi dan gravimetri.

II.                DASAR TEORI
Garam NaCl mempunyai banyak kegunaan dalam dunia perkulitan. NaCl merupakan bahan utama dalam proses penggaraman untuk pengawetan kulit, kemudian juga berguna untuk mempertahankan kulit dari skin swelling akibat pH yang sangat rendah dalam proses pengasaman (pikel). Selain itu, larutan NaCl juga digunakan pada analisa dan pembuatan fatliquor yang berguna untuk melemaskan kulit.
Kadar ionn Cl- dalam suatu sampel dapat diketahui dengan menggunakan prinsip argentometri. Argentometri adalah metode penentuan kadar halogenida dan senyawa – senyawa lain yang dapat membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga dengan metode pengendapan /presipitasi karena pada argentometri menghasilkan senyawa yang relatif tidak larut atau endapan.
Metode – metode dalam argentometri
1.      Metode Bohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah titik ekivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah.


Tuesday, 9 June 2015

Laporan Resmi Praktikum KOMPLEKSOMETRI Kimia Analisis


PENENTUAN KADAR Ca2+ DALAM AIR
(Metode Kompleksometri)

I.                   TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikan mampu menetapkan kadar Ca2+ dalam beberapa sampel air menggunakan reaksi pembentukan senyawa kompleks.

II.                DASAR TEORI
Air merupakan material yang sangat penting dalam kehidupan segala macam industri, termasuk juga industri penyamakan kulit dan industry pendukungnya. Kegunaan air dalam industry adalah sebagai air proses (terlibat langsung dalam proses, misal sebagai pelarut zat warna dalam proses dyeing), air utilitas (sebagai pendukung, missal boiler feed water,media pentransfer panas, air pencuci) maupun air minum.
Masing-masing penggunaan air memerlukan spesifikasi tertentu yang bersifat khas. Spesifikasi ini menyangkut nilai pH, kandungan mineral (Mg, Ca, Na, dll), chemical oxygen demmand (COD), biological oxygen demmand (BOD), total solid (TS), dan lainya. Penggunaan air yang memiliki spesifikasi dibawah standar berpotensi menyebabkan masalah atau malah kegagalan dalam penggunaanya. Secara umum air proses memiliki spesifikasi yang tinggi karena impurities dapat mempengaruhi produk yang dihasilkan secara langsung. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika pengujian di laboratorium selalu menggunakan aquades maupun aquabides.
Salah satu mineral dalam air adalah ion kalsium (Ca2+). Kandungan Ca2+ ini menentukan tingkat kesadahan air. Selain itu, kesadahan air juga ditentukan oleh adanya anion (missal Cl-, SO42-, HCO3-, CO32-) serta mkation lain (Mg2+). Salah satu cara penetapan kadar suatu ion logam berdasarkan terbentuknya senyawa kompleks adalah kompleksometri. Reaksi ini melibatkan senyawa pembentuk komples (ligan) sebagai donor electron dan ion logam sebagai aseptor electron.
Senyawa pembentuk kompleks yang paling banyak digunakan adalah dinatrium ethylene diamine tetra acid (EDTA) yang mampu membentuk kompleks dengan perbandingan 1:1 bersama banyak ion logam. EDTA merupakan senyawa asam amino karboksilat yang dapat memberikan enam pasang electron. Hasil reaksi dengan EDTA akan memberikan senyawa kompleks logam-ligan yang sangat stabil dimana EDTA membentuk kurungan disekeliling ion logam. Kurungan ini menghambat reaksi pembentukan kompleks lebih lanjut.
Gambar. (a) Struktur EDTA ; (b) struktur kompleks logam-EDTA
Pembentukan komples logam –EDTA dapat dituliskan sebagai berikut :
Mn+  +  H2Y2-  ↔  MY(n-4)+  +  2H+                            pH 4 – 5
Mn+  +  HY3-   ↔  MY(n-4)+  +  H+                              pH 7 – 9
Dimana logam bermuatan n+ menggantikan sisa proton dari ion Y4- untuk membentuk kompleks MY(n-4)+.
Titik akhir titrasi dapat dicari dengan indicator visual. Hampir semua indicator untuk kompleksometri merupakan pewarna organic yang membentuk kompleks stabil dengan ion logam pewarna ini dikenal dengan indicator metallocromic/indicator logam. Agar dapat digunakan dalam titrasi EDTA, indicator harus mempunyai warna berbeda dengan indicator bukan kompleks. Ikatan kompleks antara indicator dan ion logam harus lebih lemah dibandingkan ikatan kompleks antara titran dengan ion logam.
Indicator Eriochrome Black T (EBT) peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 7,5 – 10,5 senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Akan tetapi, pada pH 5 – 12 senyawa EBT ini sendiri berwarna merah, sehingga titrasi biasanya dilakukan pada pH 10. Saat EDTA ditambahkan, reaksi akan terjadi dengan ion logam bebas. Setelah itu, EDTA akan mengambil ion logam yang mula-mula diikat oleh indicator. Pada saat inilah mulai terjadi perubahan warna indicator.
pH 6,3             pH 11,5
H2In-      ↔      HIn2-     ↔       In3-
Merah              Biru                 Kuning-Orange

HIn2-    +    M2+    ↔    MIn-   +   H+
Biru                               Merah

III.             PROSEDUR KERJA
a.       Alat dan Bahan
                                      i.      Alat
1.      Neraca analitik (1 buah)
2.      Gelas arloji (1 buah)
3.      Buret 25 ml (1 buah)
4.      Statif dan Klem (1 buah)
5.      Pipet volume 1 ml dan propipet
6.      Pipet gondok 50 ml (1 buah)
7.      Corong gelas (1 buah)
8.      Beker gelas 100 ml (2 buah)
9.      Labu ukur 250 ml (2 buah)
10.  Pipet tetes (1 buah)
11.  Sudip (1 buah)
12.  Botol semprot (1 buah)
13.  Erlemeyer 250 ml (3 buah)


                                    ii.      Bahan
1.      Sampel air
2.      EDTA 0,05 M (C10H14N2Na2O8.2H20) standar.
3.      CaCO3
4.      Larutan buffer ph 10 (NH4OH-NH4Cl)
5.      Indikator EBT
6.      NaOH 2N
7.      HCl 0,05N
8.      Aquades

b.      Skema Kerja
                                      i.      Standarisasi larutan EDTA
0,2 gram CaCO3 dalam gelas arloji
memasukan
Beker gelas 100 ml
menambahkan
100 ml Aquades
memasukan
labu ukur 250 ml
menambahkan
HCl pekat sampai jernih
encerkan
aquades sampai batas
memipet dengan pipet gondok
50 ml larutan
dan memasukan ke erlemeyer
tambahkan
1 ml larutan buffer pH 10 + 3-4 tetes EBT

Menitrasi dengan EDTA sampai warnanya menjadi biru
Mengulang 2 X

Mencatat informasi yang diperoleh


                                    ii.      Penetapan kadar Ca2+ dalam sampel air
Memipet 50 ml sampel air dengan pipet gondok   
memasukan
Erlemeyer 250 ml
menambahkan
1 ml larutan buffer pH 10 + 3-4 tetes EBT
menitrasi
Karutan EDTA hasil stansarisasi
Sampai larutan berwarna biru
mengulang 2 X
mencatat informasi yang diperoleh

Prosedur percobaan yang sama dilakukan untuk tiga sampel air

IV.             HASIL ANALISIS
a.       Hasil Praktikum
Standarisasi larutan EDTA
Titrasi
Berat CaCO3 (gr)
Volume EDTA (ml)
Perubahan warna selama titrasi
1
0,2
6,1
Dari ungu anggur menjadi biru
2
0,2
7,2
Dari ungu anggur menjadi biru
3
0,2
6,7
Dari ungu anggur menjadi biru
Mean
0,2
6,67


Penetapan kadar Ca2+ pada sampel air mineral merk Aqua
Titrasi
Volume Sampel (ml)
Volume EDTA (ml)
Perubahan warna selama titrasi
1
50
2,1
Dari ungu anggur menjadi biru
2
50
2
Dari ungu anggur menjadi biru
3
50
1,5
Dari ungu anggur menjadi biru
Mean
50
1,87



Penetapan kadar Ca2+ pada sampel air mineral merk Quary
Titrasi
Volume sampel (ml)
Volume EDTA (ml)
Perubahan warna selama titrasi
1
50
0,6
Dari ungu anggur menjadi biru
2
50
0,5
Dari ungu anggur menjadi biru
3
50
0,8
Dari ungu anggur menjadi biru
Mean
50
0,63


Penetapan kadar Ca2+ pada sampel air kran
Titrasi
Volume As. Oksalat (ml)
Volume KMnO4 (ml)
Perubahan warna selama titrasi
1
50
1,6
Dari ungu anggur menjadi biru
2
50
1,8
Dari ungu anggur menjadi biru
3
50
1,9
Dari ungu anggur menjadi biru
Mean
50
1,76


b.      Reaksi
                                      i.      Standarisasi larutan EDTA
Ca2-  +  (H2Y)2-    à  (CaY)2-  +  2 H+
                                    ii.      Penetapan kadar Ca2+
Ca2-  +  (H2Y)2-    à  (CaY)2-  +  2 H+

c.       Rumus Penetapan Kadar
Kadar Ca2+ bisa diketahui dengan rumus :

d.      Perhitungan
Normalitas EDTA
N CaCO3 = (berat x n)/(BM x Volume)
N CaCO3 = (0,2 x 2)/(100 x 250)
N CaCO3 = 1,6 x 10-5 N

Grek (H2Y)2- = grek CaCO3
N (H2Y)2- x V (H2Y)2-   = N CaCO3 x V CaCO3
N (H2Y)2- = (N CaCO3  x V CaCO3) / V (H2Y)2-
N (H2Y)2- = (1,6.10-5 x 50) /6,67
N (H2Y)2- = 8.10-4 / 6,67
N (H2Y)2- = 1,2 x 10-4 N

Normalitas Ca2- air mineral merk Aqua
N Ca2-  x V Ca2-   =  N (H2Y)2- x V (H2Y)2-
N Ca2- = (N (H2Y)2- x V (H2Y)2-)/ V Ca2-
N Ca2- = (1,2 . 10-4 x 1,87)/50
N Ca2- =  4,48 x 10-6

Kadar Ca2- air mineral merk Aqua

Normalitas Ca2- air mineral merk Quary
N Ca2-  x V Ca2-   =  N (H2Y)2- x V (H2Y)2-
N Ca2- = (N (H2Y)2- x V (H2Y)2-)/ V Ca2-
N Ca2- = (1,2 . 10-4 x 0,63)/50
N Ca2- =  1,51 x 10-6

Kadar Ca2- air mineral merk Quary
  %

Normalitas Ca2- air kran
N Ca2-  x V Ca2-   =  N (H2Y)2- x V (H2Y)2-
N Ca2- = (N (H2Y)2- x V (H2Y)2-)/ V Ca2-
N Ca2- = (1,2 . 10-4 x 1,76)/50
N Ca2- = 4,22 x 10-6

Kadar Ca2- air  kran
  %

V.                PEMBAHASAN
a.       Standarisasi larutan EDTA
Standarisasi larutan EDTA digunakan untuk mengetahui normalitas larutan tersebut. Hal ini dikarenakan untuk menganalisis kadar suatu zat, harus menggunakan larutan standar. Standarisasi larutan EDTA dilakukan dengan cara menitrasi larutan EDTA dengan CaCO3. Pertama membuat larutan CaCO3 terlebih dahulu yang diketahui konsentrasinya. Cara yang digunakan untuk membuat larutan CaCO3 adalah dengan menimbang 0,2 gram serbuk CaCO3. Serbuk CaCO3 tersebut kemudian dilarutkan dalam 100 ml aquades dalam beker gelas. Selanjutnya larutan tersebut dipindahkan kedalam labu ukur 250 ml. Larutan ditetesi HCl pekat tetes demi tetes hingga larutan menjadi jernih. Setelah itu encerkan dengan aquades menjadi 250 ml. Larutan CaCO3 digunakan sebagai titrat, sedangkan EDTA digunakan sebagai titran. 50 ml Larutan CaCO3 dimasukan dalam erlemeyer. Kemudian ditambah 1 ml larutan buffer pH 10 NH4OH-NH4Cl dan 3 tetes indikator EBT. Kran pada buret dibuka perlahan agar titran dapat keluar dengan perlahan. Saat proses titrasi erlemeyer harus selalu digoyang, agar larutan di dalam erlemeyer menjadi homogen. Pada saat mendekati titik ekivalen praktikan harus berhati – hati dan jeli mengamati perubahan warna, sebab perubahan sedikit titran saat mendekati titik ekivalen dapat menyebabkan perubahan warna yang signifikan. Untuk lebih memperjelas perubahan warnanya, maka dibawah erlemeyer diletakkan kertas putih. Setelah terjadi perubahan warna dari ungu anggur menjadi biru, maka proses titrasi dihentikan. Volume EDTA dicatat, dan mengulangi percobaan tersebut 2X lagi. Volume EDTA yang digunakan adalah volume rata – rata dari ketiga percobaan tersebut. Normalitas EDTA dapat dihitung dengan rumus grek titran = grek titrat.

b.      Penetapan kadar asam Ca2+ dalam sampel air
Untuk menetapkan kadar Ca2+ dapat dilakukan dengan cara memipet 50 ml sampel air yang akan diuji/akan dicari kadarnya. Sampel air tersebut kemudian dimasukan kedalam erlemeyer 250 ml. Lalu ditambah 1 ml larutan buffer pH 10 NH4OH-NH4Cl dan 3 tetes indikator EBT. Selanjutnya larutan EDTA yang sudah distandarisasi dan diketahui normalitasnya dimasukan dalam buret dan digunakan sebagai titran. Kran pada buret dibuka perlahan agar titran dapat keluar dengan perlahan. Saat proses titrasi erlemeyer harus selalu digoyang, agar larutan di dalam erlemeyer menjadi homogen. Pada saat mendekati titik ekivalen praktikan harus berhati – hati dan jeli mengamati perubahan warna. Setelah terjadi perubahan warna dari ungu anggur menjadi biru maka proses titrasi dihentikan. Volume EDTA dicatat, dan percobaan tersebut diulangi sebanyak 2 kali lagi. Volume EDTA yang digunakan adalah volume rata – rata dari ketiga percobaan tersebut. Normalitas Ca2+ dapat dihitung dengan rumus grek titran = grek titrat, setelah itu kadar Ca2+ dapat dihitung dengan rumus % b/v. Langkah kerja yang sama dapat digunakan untuk menguji sampel lain.
VI.             KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan titrasi asam – basa (alkalimetri) adalah sebagai berikut :
a.       Titrimetri kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentkan senyawa kompleks (yang stabil) antara kation dengan zat pembentuk kompleks.
b.      Pada percobaan ini menggunakan indicator EBT, sebab indikator tersebut memiliki range pH 7,5 – 10,5 dan dapat digunakan untuk analisis Ca.
c.       Standarisasi larutan standar primer dilakukan untuk mengetahui konsentrasi larutan standar primer.
d.      Dari hasil perhitungan, normalitas EDTA adalah 1,2 x 10-4 N dan normalitas CaCO3 adalah 1,6 x 10-5 N.
e.       Kadar Ca2+ dalam sampel air mineral merk Aqua adalah 1,79 x 10-5 %.
f.       Kadar Ca2+ dalam sampel air mineral merk Quary adalah 6,04 x 10-6 %.
g.      Kadar Ca2+ dalam sampel air kran adalah 1,69 x 10-5 %.
h.      Penetapan kadar asam formiat yang lebih mudah dan simpel adalah dengan cara Lieben.

VII.          DAFTAR PUSTAKA
Sya’bani, M. Wahyu. 2009. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Analisis.Yogyakarta : Akademi teknologi kulit.
Hermawan, Prasetya. 2008. Modul Kimia Analisis. Yogyakarta : Akademi Tenologi Kulit

Wiryawan, Adam,dkk. 2007. Kimia Analitik untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Malang: e-book