ARGENTOMETRI
(Titrimetri
Presipitasi - Gravimetri)
I.
TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikan mampu
menetapkan kadar ion klorida (Cl-) dalam suatu sampel garam dapur
teknis menggunakan metode titrimetri presipitasi dan gravimetri.
II.
DASAR TEORI
Garam NaCl
mempunyai banyak kegunaan dalam dunia perkulitan. NaCl merupakan bahan utama
dalam proses penggaraman untuk pengawetan kulit, kemudian juga berguna untuk
mempertahankan kulit dari skin swelling akibat pH yang sangat rendah dalam
proses pengasaman (pikel). Selain itu, larutan NaCl juga digunakan pada analisa
dan pembuatan fatliquor yang berguna untuk melemaskan kulit.
Kadar ionn Cl-
dalam suatu sampel dapat diketahui dengan menggunakan prinsip argentometri.
Argentometri adalah metode penentuan kadar halogenida dan senyawa – senyawa
lain yang dapat membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada
suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga dengan metode pengendapan
/presipitasi karena pada argentometri menghasilkan senyawa yang relatif tidak
larut atau endapan.
Metode – metode dalam
argentometri
1.
Metode Bohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam
suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan
kalium kromat sebagai indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan
perak klorida dan setelah titik ekivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat
akan bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang berwarna
merah.
2.
Metode Fajans
Metode ini menggunakan indikator adsorpsi sebagai kenyataan bahwa titik
ekivalen indikator teradsorpsi oleh endapan. Indikator ini tidak memberikan
perubahan warna pada larutan, akan tetapi pada permukaan endapan. Endapan harus
dijaga sedapat mungkin dalam bentuk koloid.
3.
Metode Leibig
Pada metode ini, titik akhir titrasi ditentukan dengan timbulnya kekeruhan,
bukan dengan indikator. Pada saat larutan perak nitrat ditambahkan pada larutan
alkali sianida akan terbentuk endapan putih, akan tetapi pada penggojogan akan
larut kembali akibat terbentuknya konpleks sianida yang stabil. Jika reaksi
telah sempurna, penambahan larutan perak nitrat lebih lanjut akan menghasilkan
endapan perak sianida. Titik akhir titrasi ditunjukan oleh terjadinya kekeruhan
yang tetap. Kesulitan dalam memperoleh titik akhir titrasi disebabkan oleh
sangat lambatnya endapan melarut pada saat mendekati titik akhir.
4.
Metode Volhard
Perak dapat
ditetapkan secara teliti dalam suasana asam dengan lartan baku kalium atau
ammonium tiosianat, kelebihan tiosianat dapat ditetapkan secara jelas dengan
garam besi (III) nitrat atau besi (III) ammonium sulfat sebagai indikator yang
membentuk warna merah dari kompleks besi (III) tiosianat dalam lingkungan asam
nitrat 0,5 – 1,5 N. Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion
besi (III) akan diendapkan menjadi Fe(OH)3 jika suasananya basa,
sehingga titik akhir dapat ditunjukan. Metode ini pertama kali dikenalkan oleh
Volhard (1878) untuk menitir kelebihan ion Ag+ dalam larutan yang
bersifat asam dengan larutan garam kalium atau ammonium thiosianat standar,
sehingga akhirnya dikenal dengan proses titrimetri cara Volhard.
Prinsip penetapan
secar gravimetri dari suatu unsur atau zat adalah bahwa unsur tersebut
diendapkan dengan suatu pereaksi sebagai garam dari unsur itu yang tidak dapat
larut (mengendapkan). Endapan tersebut kemudian disaring dan dicuci dengan
bersih dari kotoran – kotoran dan dipijarkan. Setelah dingin, endapan ditimbang
sehingga diketahui beratnya dan dari berat endapan yang dihasilkan dapat
dihitung kadar unsur tersebut.
III.
PROSEDUR KERJA
a.
Alat dan Bahan
i.
Alat
1.
Neraca analitik (1 buah)
2.
Gelas arloji (1 buah)
3.
Buret 25 ml (1 buah)
4.
Statif dan Klem (1 buah)
5.
Pipet volume 10 ml dan propipet
6.
Pipet gondok 5 ml dan 50 ml (1
buah)
7.
Corong gelas (1 buah)
8.
Beker gelas 100 ml (2 buah)
9.
Labu ukur 100 ml (2 buah) dan 50
ml (2 buah)
10. Pipet tetes (1
buah)
11. Sudip (1 buah)
12. Botol semprot (1
buah)
13. Erlemeyer 250 ml (3
buah)
14. Oven (1 buah)
15. Furnace(1 Buah)
16. Crus (2 Buah)
17. Tang penjepit (1
buah)
ii.
Bahan
1.
Sampel NaCl
2.
AgNO3
3.
Larutan standar HCl 0,1 N
4.
Larutan standar KCNS 0,1 N
5.
HNO3 4 N
6.
Indikator FAS (Ferri Allum
Sulfur)
7.
Indikator K2CrO4
8.
Aquades
b.
Skema Kerja
i.
Standarisasi larutan AgNO3
1 gram NaCl dalam gelas
arloji
memasukan
Labu ukur 50 ml
menambahkan
Aquades hingga batas
homogenkan
5 ml NaCl dengan pipet gondok
Memasukan
Labu ukur 50 ml
Tambahkan
aquades sampai batas
homogenkan
memasukan ke erlemeyer
tambahkan
1 ml indikator kalium kromat
Menitrasi dengan AgNO3
sampai warnanya menjadi merah bata
Mengulang 2 X
Mencatat informasi
yang diperoleh
ii.
Standarisasi larutan KCNS
15 ml perak nitrat dengan pipet volume
memasukan
Erlemeyer 250 ml
menambahkan
50 ml Aquades
homogenkan
1 ml HNO3 pekat
Memasukan
Kedalam larutan perak nitrat
Tambahkan
1 ml indikator
FAS
homogenkan
Titrasi dengan kalium tiosianat
hingga berwarna coklat merah
mengulang 2X
Mencatat informasi
yang diperoleh
IV.
Penetapan kadar ion klorida dalam
sampel garam dapur teknis dengan metode Volhard
Memipet 5 ml larutan NaCl sisa
standarisasi AgNO3
memasukan
Erlemeyer 250 ml
menambahkan
5 ml air suling + 5 ml HNO3 4N + 6,5 ml AgNO3 0,1N
Menggojog erlemeyer hingga terbentuk endapan dan didiamkan
30 menit
Menyaring endapan dengan kertas saring
Melipat kertas saring dan memasukan ke kurs porselen yang
diketahui beratnya
Memanaskan dalam oven selama 15 menit dengan suhu 1000C
Melakukan pengabuan dalam furnace pada suhu 7500C selama 1 jam
Memindahkan dalam eksikator selama 15 menit
Menimbang berat endapan dalam kurs
Menambahkan 0,5 ml indicator FAS pada filtrate
Menitrasi filtrate dengan KCNS 0,1 N
percobaan dilakukan 2X diplo
Mencatat informasi yang diperoleh
V.
HASIL ANALISIS
a.
Hasil Praktikum
Standarisasi
larutan AgNO3
Titrasi
|
Volume NaCl (ml)
|
Volume AgNO3 (ml)
|
Perubahan warna selama titrasi
|
1
|
5 dijadikan 50
|
17
|
Kuning à Orange Susu
|
2
|
5 dijadikan 50
|
17,7
|
Kuning à Orange Susu
|
Mean
|
5 dijadikan 50
|
17,35
|
Standarisasi KCNS
Titrasi
|
Volume AgNO3 (ml)
|
Volume KCNS (ml)
|
Perubahan warna selama titrasi
|
1
|
15
|
16,1
|
Tak berwarna à Orange Susu
|
2
|
15
|
16,2
|
Tak berwarna à Orange Susu
|
Mean
|
15
|
16,15
|
Perhitungan Kadar
Klorida
Berat kurs kosong : I = 11,6965 gram II = 37,5307 gram
Berat kurs +
endapan : I = 11,7733 gram II = 37,6033 gram
Berat endapan : I = 0,0768 gram II = 0,0726 gram
Titrasi
|
Volume filtrat (ml)
|
Volume KCNS (ml)
|
Perubahan warna selama titrasi
|
1
|
17,3
|
0,05
|
Tak berwarna à Merah bata
|
2
|
15,4
|
0,1
|
Tak berwarna à Merah bata
|
Mean
|
16,35
|
0,75
|
b.
Reaksi
i.
Standarisasi larutan AgNO3
Ag+ + Cl- Ã AgCl Ksp AgCl =
1,56.10-10
2 Ag+ +
CrO4- Ã Ag2CrO4 Ksp Ag2CrO4
= 9. 10-12
ii.
Standarisasi larutan KCNS (0,1 N)
Ag+ + CNS- Ã AgCNS
Fe3+ + 6 CNS Ã Fe(CNS)63-
iii.
Perhitungan kadar klorida dengan
metode Volhard
Ag+ + Cl- Ã AgCl ↓
Ag+ + CNS- Ã AgCNS
Fe3+ + 6 CNS Ã Fe(CNS)63-
c.
Rumus Penetapan Kadar
Kadar Cl-
berdasarkan endapan bisa diketahui dengan rumus :
Kadar Cl-
berdasarkan titik ekivalen bisa diketahui dengan rumus :
d.
Perhitungan
Normalitas AgNO3
N NaCl = (berat x
n)/(BM x Volume)
N NaCl = (1 x 1)/(58,5
x 0,05)
N NaCl = 0,34 N
Grek AgNO3
= grek CaCO3
N AgNO3 x
V AgNO3 = N NaCl x V NaCl
N AgNO3
= (N NaCl x V NaCl) / V AgNO3
N AgNO3 =
(0,34 x 50) /17,35
N AgNO3 =
17/ 17,13
N AgNO3
= 0,98 N
Normalitas KCNS
N KCNS x V KCNS
= N AgNO3 x V AgNO3
N KCNS = (N AgNO3
x V AgNO3)/ V KCNS
N KCNS = (0,98 x 15)/50
N KCNS = 0,294 N
Kadar Cl- dalam
garam dapur teknis dengan metode Volhard
Kadar Cl- dalam
garam dapur teknis dengan titik ekivalen
gr mol AgNO3(sisa) = grek AgNO3/n AgNO3
gr mol AgNO3(sisa) = N KCNS.V KCNS/n AgNO3
gr mol AgNO3(sisa) = (0,294 x 15)/1
gr mol AgNO3(sisa) = 4,41 gr mol
gr mol AgNO3(awal) = (N AgNO3 x V AgNO3) /n AgNO3
gr mol AgNO3(awal) = (0,98 x 6,5)/1
gr mol AgNO3(awal) = 6,37 gr mol
gr mol AgCl = gr mol AgNO3(awal)
- gr mol AgNO3(sisa)
gr mol AgCl = 6,37
– 4,41
gr mol AgCl = 1,96
gr mol
gr mol Cl- = gr mol AgCl = 1,96 gr mol
VI.
PEMBAHASAN
a.
Standarisasi larutan AgNO3
Standarisasi larutan AgNO3
digunakan untuk mengetahui normalitas larutan tersebut. Hal ini dikarenakan
untuk menganalisis kadar suatu zat, harus menggunakan larutan standar.
Standarisasi larutan AgNO3 dilakukan dengan cara menitrasi larutan AgNO3
dengan NaCl. Pertama membuat larutan NaCl terlebih dahulu yang diketahui
konsentrasinya. Cara yang digunakan untuk membuat larutan NaCl adalah dengan
menimbang 1 gram NaCl. Serbuk NaCl tersebut kemudian dimaskan
kedalam labu ukur 50 ml kemudian dilarutkan dengan aquades sampai batas. Larutan
NaCl digunakan sebagai titrat, sedangkan AgNO3 digunakan sebagai
titran. 5 ml Larutan NaCl didiencerkan menggunakan aquades dalam labu reaksi 50
ml. Larutan hasil pengenceran dimasukan dalam erlemeyer 250 ml. Kemudian ditambah 1 ml indikator kalium kromat.
Kran pada buret dibuka perlahan agar titran dapat keluar dengan perlahan. Saat
proses titrasi erlemeyer harus selalu digoyang, agar larutan di dalam erlemeyer
menjadi homogen. Pada saat mendekati titik ekivalen praktikan harus berhati –
hati dan jeli mengamati perubahan warna, sebab perubahan sedikit titran saat
mendekati titik ekivalen dapat menyebabkan perubahan warna yang signifikan.
Untuk lebih memperjelas perubahan warnanya, maka dibawah erlemeyer diletakkan
kertas putih. Setelah terjadi perubahan warna dari kuning menjadi orange susu,
maka proses titrasi dihentikan. Volume AgNO3 dicatat, dan mengulangi
percobaan tersebut 1X lagi. Volume AgNO3 yang digunakan adalah
volume rata – rata dari kedua percobaan tersebut. Normalitas AgNO3
dapat dihitung dengan rumus grek titran = grek titrat.
b.
Standarisasi larutan KCNS
Standarisasi larutan KCNS
digunakan untuk mengetahui normalitas larutan tersebut. Hal ini dikarenakan
untuk menganalisis kadar suatu zat, harus menggunakan larutan standar. Standarisasi
larutan KCNS dilakukan dengan cara menitrasi larutan KCNS dengan AgNO3.
Larutan AgNO3 yang digunakan adalah larutan AgNO3 hasil
standarisasi. Larutan AgNO3 digunakan sebagai titrat, sedangkan KCNS
digunakan sebagai titran. 15 ml Larutan AgNO3 dimasukan dalam
erlemeyer 250 ml. Kemudian diencerkan
dengan 50 ml aquades dan ditambah 1 ml HNO3 pekat serta 1 ml
indikator FAS. Kran pada buret dibuka perlahan agar titran dapat keluar dengan
perlahan. Saat proses titrasi erlemeyer harus selalu digoyang, agar larutan di
dalam erlemeyer menjadi homogen. Pada saat mendekati titik ekivalen praktikan
harus berhati – hati dan jeli mengamati perubahan warna, sebab perubahan
sedikit titran saat mendekati titik ekivalen dapat menyebabkan perubahan warna
yang signifikan. Untuk lebih memperjelas perubahan warnanya, maka dibawah
erlemeyer diletakkan kertas putih. Setelah terjadi perubahan warna dari tak
berwarna menjadi orange susu, maka proses titrasi dihentikan. Volume KCNS
dicatat, dan mengulangi percobaan tersebut 1X lagi. Volume KCNS yang digunakan
adalah volume rata – rata dari kedua percobaan tersebut. Normalitas KCNS dapat
dihitung dengan rumus grek titran = grek titrat.
c.
Penetapan kadar ion klorida dalam
garam dapur teknis dengan metode Volhard
Untuk menetapkan kadar Cl-
dapat dilakukan dengan cara memipet 5 ml sampel garam dapur yang akan
diuji/akan dicari kadarnya. Sampel tersebut merupakan larutan NaCl sisa yang
digunakan untuk standarisasi AgNO3. Larutan garam dapur tersebut
kemudian dimasukan kedalam erlemeyer 250 ml. Lalu ditambah 5 ml aquades, 5 ml
HNO3 4N dan 6,5 ml AgNO3 0,1N. Erlemeyer kemudian digojok
hingga terbentuk endapan. Endapan yang terbentuk kemudian didiamkan selama 30
menit. Endapan tersebut selanjutnya disaring menggunakan kertas saring wathman
no 40. Setelah selesai, kertas saring yang digunakan untuk menyaring kemudian
dilipat dan dimasukan kedalam kurs porselen yang telah diketahui beratnya. Kurs
tersebut selanjutnya dioven pada suhu 100oC selama 15 menit. Setelah
itu kurs dimasukan kedalam furnace pada suhu 750oC selama 1 jam
untuk mengabukan kertas saring yang digunakan. Setelah selesai kurs dimasukan
kedalam eksikator selama 15 menit kemudian ditimbang berat endapan + kursnya.
Endapan dihitung secara matematis. Filtrate hasil penyaringan tadi ditambahkan
dengan 0,5 ml indikator FAS dan dititrasi dengan KCNS 0,1N hasil standarisasi.
Kran pada buret dibuka perlahan agar titran dapat keluar dengan perlahan. Saat
proses titrasi erlemeyer harus selalu digoyang, agar larutan di dalam erlemeyer
menjadi homogen. Pada saat mendekati titik ekivalen praktikan harus berhati –
hati dan jeli mengamati perubahan warna. Setelah terjadi perubahan warna dari tak
berwarna menjadi merah bata maka proses titrasi dihentikan. Volume KCNS dicatat,
dan percobaan tersebut dilakukan sebanyak 2 kali lagi. Volume KCNS yang
digunakan adalah volume rata – rata dari kedua percobaan tersebut. Normalitas Cl-
dapat dihitung dengan rumus grek titran = grek titrat, setelah itu kadar Cl-
dapat dihitung dengan rumus % b/b.
VII.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang
diperoleh dari percobaan titrasi asam – basa (alkalimetri) adalah sebagai
berikut :
a.
Titrimetri argentometri adalah metode penentuan kadar halogenida dan senyawa-senyawa lain yang
dapat membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana
tertentu.
b.
Standarisasi larutan standar
primer dilakukan untuk mengetahui konsentrasi larutan standar primer.
c.
Dari hasil perhitungan,
normalitas AgNO3 adalah 0,98 N dan normalitas KCNS adalah 0,294 N.
d.
Kadar Cl- dalam sampel
garam dapur teknis adalah 18,48 %.
VIII.
DAFTAR PUSTAKA
Sya’bani, M. Wahyu. 2009. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Analisis.Yogyakarta : Akademi
teknologi kulit.
Hermawan, Prasetya. 2008. Modul Kimia Analisis. Yogyakarta : Akademi Tenologi Kulit
Wiryawan, Adam,dkk. 2007. Kimia Analitik untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Malang: e-book
;
No comments:
Post a Comment